Liputan6.com, Jakarta - Raksasa streaming asal Swedia Spotify, disebut-sebut bakal menyusul sejumlah perusahaan teknologi untuk melakukan pemangkasan karyawan atau pemutusan hubungan kerja (PHK) pekan ini.
Kabar ini dilaporkan oleh Bloomberg, yang menyebut informasi tersebut berasal dari sumber anonim yang mengetahui masalah tersebut. Namun, tidak diketahui berapa jumlah karyawan Spotify di PHK.
Baca Juga
Dikutip dari Aljazeera, Selasa (24/1/2023), belum ada tanggapan dari pihak Spotify terkait isu ini.
Advertisement
Spotify pada bulan Oktober diketahui memiliki sekitar 9.800 pekerja, dan telah melepas 38 karyawan dari studio podcast-nya Gimlet Media dan Parcast.
Kabar PHK di Spotify berembus di tengah maraknya PHK besar-besaran yang terjadi di banyak perusahaan teknologi raksasa dunia. Twitter, sudah banyak melepas karyawan mereka, khususnya sejak diambil alih Elon Musk tahun lalu.
Berdekatan dengan Twitter, penghujung 2022, perusahaan induk Facebook dan Instagram, Meta, telah melakukan PHK terhadap sekitar 11 ribu karyawan. Menjadi yang paling signifikan dalam sejarah perusahaan.
"Hari ini saya membagikan beberapa perubahan tersulit yang telah kami buat dalam sejarah Meta," tulis CEO Meta Mark Zuckerberg dalam posting blog kepada karyawan, sebagaimana dikutip dari CNN Global, Kamis (10/11/2022).
"Saya telah memutuskan untuk mengurangi ukuran tim kami sekitar 13 persen dan melepaskan lebih dari 11.000 karyawan berbakat kami," Mark Zuckerberg menambahkan.
PHK akan berdampak pada banyak sektor perusahaan, dan tim HR Meta akan sangat terpukul karena perusahaan akan menyetop perekrutan karyawan baru.
Â
PHK di Meta dan Microsoft
"kami berencana untuk mempekerjakan lebih sedikit orang tahun depan," kata Zuckerberg dalam posting tersebut. Dia menambahkan bahwa pembekuan perekrutan akan diperpanjang hingga kuartal pertama, dengan beberapa pengecualian.
Microsoft, yang terbaru, juga memangkas sebanyak 10 ribu karyawan di awal tahun 2022. Mengutip Engadget Kamis (19/1/2023), langkah ini bertujuan untuk "menyelaraskan struktur biaya Microsoft" dengan permintaan dan pendapatan.
Menurut CEO Microsoft Satya Nadella, PHK terpaksa dilakukan untuk memangkas biaya karena penjualan terus menyusut.
"Pelanggan meningkatkan pengeluaran digital mereka selama puncak pandemi, tetapi sekarang mereka menguranginya. Banyak negara berada di tengah-tengah resesi," ujar Nadella.
Pun demikian, ia mengklaim Microsoft akan terus merekrut karyawan di 'area strategis utama'.
Selain itu, perusahaan e-commerce Amazon juga diberitakan memangkas sekitar 18 ribu posisi. Itu hanya sebagian kecil dari 1,5 juta tenaga kerja globalnya.
Advertisement
Google PHK 12.000 Karyawan
Sementara, Google juga melakukan PHK terhadap 12 ribu karyawan, baik yang berada di Amerika Serikat, maupun secara global.
Dikutip dari AP News, Jumat (20/1/2023), pemutusan ini akan berdampak pada sekitar 6 persen dari keseluruhan karyawan Google. Pengumuman ini diinformasi langsung CEO Google dan Alphabet Sundar Pichai melalui email dan unggahan di blog perusahaan.
Menurut Sundar, keputusan PHK ini dibuat setelah meninjau secara seksama seluruh produk dan fungsi di perusahaan, guna memastikan orang maupun peran yang ada selaras dengan prioritas tertinggi perusahaan.
"Posisi yang kami pangkas mencerminkan hasil tinjauan tersebut. Mereka tersebar di Alphabet (induk Google), berbagai area produk, fungsi, level, hingga wilayah," tutur Sundar.Â
Mempertajam Fokus
Lebih lanjut Sundar menyebut ini merupakan momen perusahaan untuk mempertajam fokus, mengatur ulang basis biaya, hingga mengarahkan bakat dan modal yang dimiliki ke prioritas tertinggi.
Saat ini, kecerdasan buatan disebut akan menjadi salah prioritas penting bagi perusahaan ke depannya.
Untuk karyawan yang berada di Amerika Serikat, Google telah mengirimkan email terpisah pada karyawan yang terdampak.
Sementara untuk karyawan di negara lain, prosesnya akan lebih panjang karena menyesuaikan dengan hukum dan kebiasaan setempat. Google menyatakan pihaknya akan tetap memenuhi seluruh hak karyawan selama proses transisi ini.
Menurut data yang dikumpulkan oleh situs Layoffs.fyi, lebih dari 55 ribu pekerja perusahaan teknologi di seluruh dunia, sudah terkena PHK sejak 2023 sejauh ini.
(Dio/Ysl)
Advertisement